Lagi, 1 Meninggal Corona di Lampung, Terkena Anak Pulang

BANDARLAMPUNG (11/4/2020) – Satu lagi warga Lampung meninggal terkait virus corona, membuat penduduk wafat  menjadi 7, dengan status positif 5, PDP 2. Yang terakhir penduduk  Bandarlampung berusia 65 tahun, diduga terkena dari anaknya yang pulang dari Serang dua pekan lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Lampung dr. Reihana, Sabtu 11 April 2020, mengatakan warga tersebut selama ini tidak ke luar kota. Pada 5 April berobat ke sebuah rumah sakit karena demam dan diare. 9 April ditetapkan sebagai PDP karena nafas tersengal, lemas, diabetes, dan suspect bronchitis. Meninggal pukul 03.30, Sabtu,11 April di RSAM.

Dr. Reihana membantah pasien positif corona nomor 18 dari Lampung Utara meninggal. Pria berusia 52 tahun itu sehat dan kini dikarantina. Kadis Kesehatan juga menyebut pasien berumur 80 tahun dari Tulangbawang meninggal dengan status PDP, positif atau tidak, menunggu hasil swep dari Balitkes Palembang.

Hingga Sabtu 11 April, warga positif corona di Lampung masih 21, dengan catatan 5 meninggal, 9 dirawat atau isolasi, 7 sembuh. Namun, dalam sehari PDP bertambah 1 dari 49 menjadi 50, dengan catatan  2 meninggal,  31 dirawat, dan  17 pulang atau dinyatakan sehat.

Kadis Kesehatan menyebut warga dipantau ODP dalam sehari, naik 95 orang dari 2.259 menjadi 2.354, dengan catatan 1.286 selesai menjalani isolasi mandiri 14 hari, 1.068 masih dipantau.

JUHARSA ISKANDAR DAN RIKI PRATAMA

1 comments:

  1. Mungkin ini hanya usul, apakah bisa di pelabuhan dan bandara lampung di sediakan pos tes rapid covid, sehingga yg mudik sudah di tes, dan nanti di tes lg setelah menjalani isolasi mandiri 7 hari mungkin, di sediakan losmen atau apa hotel apa kos untuk para pemudik, sehingga mereka begitu sampai desa sudah clean, diberikan kartu bebas covid atau apa gt, sehingga mereka pulang dengan nyaman, di desa2 aman, berberlaku untuk semua orang yg baru turun dari kapal laut terbang, bahkan dengan alasan numpang lewat sampe aceh pun wajib tes & kos. Untuk anggaran kalau ada di bantu pemerintah, kl gk ada bayar separo, kl gk ada jg bayar sendiri, kl gk mau di tes / di kos kan, suruh putar balik lg aja. Kami di desa pun berimbas pada pendapatan karena covid, kami pun tidak berharap banyak untuk mendapatkan bantuan2. Yg penting covid tidak masuk desa, kl sampai masuk desa, maka akan terjadi fenomena gunung es dan bom waktu. Bahkan bisa sama dengan italia, jangan lah sampai seperti itu ya pak bu.

    BalasHapus