Industri Gula Tanggamus Jadi Andalan Saat Pandemi

WONOSOBO (12/2/2021) – Pandemi covid-19 berdampak terhadap seluruh kegiatan ekonomi. Petani Pekon Sridadi, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, coba mempertahankan produksi gula kelapa rumahan sebagai  sumber penghidupan andalan.

Pekon Sridari merupakan salah satu sentra industri gula kepala rumahan di Kecamatan Wonosobo. Volume produksi hingga omzet penjualan menurun sejak wabah corona merebak. Meski begitu, industri ini mampu bertahan. Satu pekon masih ada puluhan perajin memproduksi gula sesuai permintaan tengkulak.

Sejumlah warga menjadikan industri gula kelapa sebatas usaha sampingan. Pasangan petani Sono dan Bunga, memproduksi gula kelapa sebagai mata pencarian andalan. Usaha ini bahkan sudah ditekuni selama 10 tahun. 

Ketika sebagian warga masih bermalas-malasan sehabis shalat subuh, Sono bergegas menuju kebun berjarak tiga kilometer. Bapak tiga anak ini berlomba dengan fajar memanjat sekitar 50 pohon kelapa setiap hari guna mengambil nira sebagai bahan gula.

Tak terbayangkan betapa beratnya naik-turun pohon kelapa sambil membawa nira dengan hati-hati agar tidak tumpah. Puluhan pohon menghasilkan sadapan nira rata-rata dua jerigen ukuran 30 literan dan satu jerijen 20 liter pada sore hari. Total 80 liter nira menghasilkan 15 hingga 17 kilogram gula kelapa.

Produksi gula dimulai dengan perebusan nira kelapa menggunakan wajan besar. Proses masak ini butuh waktu enam sampai tujuh jam. Sekali masak menghabiskan satu meter kubik kayu bakar. Hasil produksi diambil tengkulak dengan harga Rp9 ribu sampai Rp12 ribu per kilogram.

Hasil produksi gula harian berkisar Rp150 ribu atau Rp4,5 juta sebulan. Nilai ini dipotong sewa pohon kepala Rp1 juta dan pembelian kayu bakar Rp500 ribu. Penghasilan bersih perajin gula kelapa Rp3 juta per bulan. Setengah penghasilan masuk tabungan dan sisanya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Mewabahnya virus corona setahun terakhir berdampak kenaikan harga kebutuhan pokok. Sementara kapasitas poduksi industri gula kelapa rumahan justru menurun karena terpengaruh pasar. Petani gula kelapa tetap bersemangat produksi daripada menunggu bantuan sosial seperti BLT, BST, dan BPNT.

HARDI

0 comments:

Posting Komentar