Hebat, Industri Gerabah Lampung Eksis di Tengah Pandemi

NATAR (6/3/2021) – Produksi gerabah Natar, Lampung Selatan, tetap eksis di tengah pandemi covid-19 dan maraknya persaingan perindustrian nasional. Meski banyak kendala mengadang, pembuatan dan pemasaran aneka jenis gerabah lancar dengan omzet tiap perajin rata-rata puluhan juta per bulan.

Desa Negararatu, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, menjadi sentra industri gerabah andalan Lampung. Sebanyak 10 pengusaha mengembangkan produksi, inovasi, dan pemasaran gerabah sampai regional dan nasional. Gerabah Negararatu mampu bersaing dengan produksi serupa asal Plered Cirebon, Kasongan Bantul, Klaten, maupun Lombok Nusa Tenggara Barat.

Kerajinan gerabah milik Purna Irawan berkembang sejak sembilan tahun lalu. Produksi gerabah semula mengandalkan dua orang bertambah menjadi 15 pekerja. Setiap karyawan memiliki tugas berbeda sesuai tahapan produksi mulai pengolahan bahan baku tanah liat, pembentukan gerabah, pelukisan, penjemuran, pembakaran hingga penyelesaian atau pengecatan.

Perajin mampu memproduksi  100 gerabah dengan berbagai jenis dan ukuran. Khusus finishing bisa selesai satu sampai dua hari tergantung motif dan ukuran. Wasto, salah seorang pekerja, rata-rata menghasilkan 10 gerabah dengan upah Rp70 ribu. Penambahan atau pengurangi produksi tergantung kondisi cuaca dan pasokan bahan tanah liat.

Hadi sudah lima tahun menggeluti kerajinan gerabah sebagai pelukis. Pekerjaan ini lebih sulit dan memiliki tingkat resiko lebih tinggi. Ia dapat upah Rp120.000 per hari. Jika gerabah sampai pecah selama proses pelukisan, pekerja wajib memproduksi ulang.

Purna Irawan, pengusaha gerabah Desa Negararatu, Kecamatan Natar, mengatakan ia merintis usaha sejak tahun 2012. Produksi harian rata-rata 100 gerabah kecil, sedang hingga besar. Model paling digemari saat ini guci ukir dan pot bunga.

Gerabah buatan Negararatu sudah lama menembus pasar Sumatera. Konsumen paling banyak seputar Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Sumatera Barat. Pasar Jambi hingga Riau juga terbuka. Jenis gerabah tertentu juga bersaing di pasar nasional.

Purna Irawan dan pengusaha lainnya memasarkan produk gerabah lewat pelanggan lama dan promosi media sosial. Aneka jenis gerabah dijual Rp250 ribu hingga Rp1,5 juta. Ada beberapa model pot dengan harga hanya Rp10 ribu. Produk ini laris manis mengikuti banyaknya penggemar tanaman hias.

Industri gerabah Negararatu eksis di tengah pandemi covid-19. Ketahanan produksi dan pemasaran membantu perekonomian. Kestabilan produksi membuat pekerja atau karyawan bekerja dengan tenang tanpa khawatir dirumahkan.

Omzet kerajinan gerabah rata-rata Rp50 juta. Periode tertentu bisa naik sampai Rp70 juta per bulan. Pengusaha menikmati  keuntungan puluhan juta. Meski begitu, industri gerabah butuh bantuan permodalan, pelatihan hingga peralatan guna mendukung pengembangan usaha.

DEDI KAPRIYANTO

0 comments:

Posting Komentar