Transportasi Rakit Zaman Orla Masih Eksis di Tanggamus

WONOSOBO (22/3/2021) – Sarana dan prasarana transportasi era modern berkembang begitu pesat, cepat, dan canggih. Siapa sangka alat penyeberangan rakit masih eksis di pelosok Kecamatan Wonosobo-Semakia, Tanggamus. Transportasi ini jadi andalan sejak zaman orde lama.

Dua rakit beroperasi di Sungai Semaka, Tanggamus, setiap hari mulai pukul 06.00 hingga pukul 20.00 WIB. Rakit bukan cuma menyeberangkan pejalan kaki. Kendaran roda dua hingga mobil pun dibantu lalu-lalang setiap hari. Kapasitasnya cukup tinggi karena rangkanya bukan hanya kayu tetapi diperkuat baja.

Rakit Sungai Semaka beroperasi sejak zaman orde lama tahun 60-an dengan konstruksi bambu. Hingga era reformasi abad 21 ditandai transportasi serba cepat dan canggih, transportasi rakit di pelosok Tanggamus belum tergantikan. Rakit tetap digandrungi warga Kecamatan Wonosobo dan Semaka.

Wilayah dua kecakatan tersebut terbelah Sungai Semaka. Jalur ini sudah terbangun jembatan. Namun, warga masih menjadikan rakit sebagai sarana penyeberangan karena lebih praktis dan jarak lebih dekat. Lalu-lintas kendaraan sebenarnya bisa melewati jembatan dengan jalur memutar sekitar tiga kilometer.

Warga lebih senang menyeberangi sungai dengan rakit. Ongkos kendaraan roda dua hanya Rp2 ribu dan mobil Rp10 ribu. Salah satu pengendara mobil, Elnah Dori, lebih nyaman menyeberang dengan rakit dari Pekon Sudimoro, Semaka, menuju Banjarsari, Wonosobo.

Rakit Sungai Semaka sejak era orde lama turut berjasa membuka daerah terisolasi dan terpencil. Liwon, pengelola rakit penyeberangan, mengaku sudah 30 tahun melayani penumpang. Lalu-lintas tiap hari rata-rata 100 kendaraan roda dua dan 10 mobil.

Pemkab Tanggamus membangun dua jembatan penyeberangan dua tahun lalu masing-masing jembatan Pekon Banjarnegara-Pekon Kanoman dan jembatan merah Pekon Karanganyar-Pekon Karangrejo. Pertimbangan akses lebih cepat dan dekat rupanya lebih nyaman dibandingkan menempuh jalur alternatif.

HARDI

0 comments:

Posting Komentar