Surau 1920 yang Kini jadi Masjid Berornamen Lampung

BANDARLAMPUNG (7/4/2022) -  Kawasan ini tergolong permukiman lama di Bandarlampung. Daerah sekitar kini bernama Kedamaian. Namun, dulu, sekitar abad ke-12, sudah ada Keratuan Balaw, yang pada saat itu berjaya saat dipimpin Ratu Mungkuk.

Karena banyak situs sejarah di sana, warga lebih senang menyebut daerah tersebut sebagai tiyuh, bukan kelurahan atau kampung. Nama yang sama untuk desa di Tulangbawang Barat. Sama dengan pekon di Pringsewu, Tanggamus, Lampung Barat, dan Pesisir Barat.

Selain situs, tersebutlah di sana sebuah surau yang berdiri pada Tahun 1920. Karena tanahnya belum diwakafkan, kaum Muslim memindahkan ke seberangnya pada Tahun 1938. 

Karena masih beratap ijuk dan berdinding papan, warga mulai membeli bata dan semen dari Tahun 1938 hingga 1960, membangun Masjid  dan menamakannya Al-Ishlah,  menyesuaikan dengan nama Kedamaian.

Sejak awal, warga sekitar yang masih menerapkan begawi saat mengawinkan anak, bercita-cita membangun masjid bergaya Lampung. Mereka pun mengumpulkan sumbangan, hingga terkumpul delapan puluh jutaan pada Tahun 2016.

Pucuk di cinta ulam tiba. Saat hendak membuat membangun, Pemerintah Kota Bandarlampung menyumbang enam ratus juta rupiah. Cita-cita membangun masjid berornamen Lampung pun terwujud.

Terletak di Jalan Ratu Balau Nomor 14, Kedamaian, Bandarlampung, Masjid Jami Al-Ishlah dipenuhi ornamen khas Lampung, mulai dari tapis, siger, perahu, dan payung. Warna yang bertebar juga khas pula, ungu kemerahan, putih,  kuning, dan merah.

Dalam adat Lampung, warna putih melambangkan penyimbang marga. Kuning penyimbang tiyuh. Merah penyimbang suku.

Selain ornamen siger, tapis, dan payung, kubah dibentuk seperti jung atau perahu, untuk mengingatkan generasi pada saat ini, bahwa untuk menuju Kedamaian memakai transportasi air,  belum melewati jalan darat.

Masjid yang berlatar surau pada Tahun 1920 itu pun kini berukuran 500 meter, berlantai dua, dengan ketinggian 13,5 meter. Di atasnya terdapat menara setinggi 18 meter. Kubahnya didesain Kijung, bunga mekar yang banyak dijumpai di kawasan tersebut pada zaman dulu.

Sesepuh Tiyuh Kedamaian Zainal Abidin mengatakan warga sekitar ingin membangun masjid berornamen Lampung karena kawasan itu tersebut daerah lama di Bandarlampung, seperti Olok Gading, yang dinilai sebagai cagar budaya, dan warganya masih banyak memegang adat dan istiadat Lampung.

Zainal Abidin, yang juga bergelar Pangeran Sejati tersebut, mengatakan saat ini masjid tersebut bisa menampung sekitar 500 jemaah. Karena berornamen Lampung, banyak pula dikunjungi warga dari Jakarta dan beberapa daerah lainnya. Mereka ingin mengetahui mengapa masjid tersebut dibangun dengan ornamen khas Lampung.

DEDI KAPRIYANTO DAN ARI IRAWAN

0 comments:

Posting Komentar