Cara Pekon Gedung Terbaik Kelola Dana Desa di Tanggamus

CUKUH BALAK (30/1/2023) -  Nama desa ini tergolong tersingkat di Provinsi Lampung. Pekon Gedung. Salah satu dari 20 kampung di Kecamatan Cukuh Balak, atau satu dari 299 pekon, yang tersebar di 20 kecamatan.

Pekon Gedung berjarak 30 kilometer dari Kotaagung, dengan melewati Kecamatan Limau dan kawasan pantai yang sudah tidak asing bagi pelancong nusantara, seperti Karang Putih, Laut Tengor, dan Kejadian Lom.

Untuk ke kawasan ini bisa juga melewati Bandarlampung, Padang Cermin, Pasar Jatiringin, Pekon Kubulangka, dan Banjar Negeri, dengan jarak 90 kilometer. Juga melewati pantai dan perbukitan, karena Pekon Gedung berada di bawah pegunungan kawasan Cukuhbalak.

Meski namanya singkat, Pekon Gedung menoreh sejarah pada Tahun 2022, dengan memperoleh predikat sebagai desa terbaik dalam tertib administrasi pengelolaan Dana Desa seluruh Tanggamus.

Tentu saja tak mudah menjadi pemenang di antara 299 pekon yang lain di Tanggamus. Ketua BHP Thoib melihat kepala pekonnya meraih juara karena sejak terpilih mematuhi prosedur, belajar manajerial, dan tertib beradministrasi.

Thoib melihat Iqbal, kepala Pekon Gedung, selalu melewati berbagai tahapan dalam merancang dan merealisasikan Dana Desa, mulai penjaringan aspirasi warga, penerimaan masuk dalam musrenbang, pelaporan perencanaan cepat ke PMD, dan pelaporan cepat dalam realisasi.

Meski surprise, Thoib ikut berbangga saat Kepala Pekon Iqbal menerima penghargaan tersebut saat disampaikan Kepala Dinas PMD Tanggamus pada 15 Februari 2022 yang lalu, yang dihadiri oleh tokoh masyarakat dan anggota dewan dari dapil 6 Tanggamus.

***
Masih dianggap sebagai daerah terbelakang sebelum Dana Desa digulirkan Pemerintah, Pekon Gedung tidak hanya mencatatkan diri sebagai desa yang ingin maju. Selain Pemerintahan Pekonnya, warga juga terus kreatif, untuk menunjang perekonomian keluarga, yang berdampak positif pada perkembangan desa.

Salah satu yang paling menonjol saat ini warga beramai-ramai menanam berbagai jenis sayur-sayuran, seperti cabai, terong, dan mentimun, termasuk dengan berani membuka lahan baru.

Awalnya ide menanam cabai, terong, dan mentimun, terjadi karena harga komoditas sayuran di Pasar Pekon Gedung cukup tinggi, karena bergantung pasokan dari luar. Sejak Tahun 2022, stabilisasi harga sayuran berhasil dilakukan, bahkan untuk jenis terong, petani mulai mengirim ke luar daerah, seperti Pringsewu.

Ide lain menanam sayur-sayuran juga muncul dari dampak hama sering menganggu tanaman warisan nenek moyang Pekon Gedung, mulai dari kopi, cokelat, lada, dan duku. Sebagian warga masih menjemur hasil perkebunan mereka di jalan desa, sebagai tanda petani masih memetik hasil kebun, tetapi tidak seramai sebelumnya.

Sama dengan sejumlah pekon di Cukuh Balak, Tanggamus, penyuluhan pertanian dan perkebunan belum terlaksana baik di kawasan ini. Meski di pihak lain, warga juga mengambil langkah sendiri, tidak masuk menjadi kelompok tani, karena menilainya sebagai sebuah birokrasi.

Bahrum, petani cabai dan terong, mengatakan ia berjuang sendiri, tanpa kelompok tani, karena yang diperlu dipecahkan hanya beberapa masalah saja, mulai dari hama, pupuk, dan bibit. 

Petani terong Marhen mengungkapkan hal yang sama. Meski tidak lewat arahan kelompok tani, ia bertekad pindah menanam komoditas sayuran, karena tanaman warisan nenek moyang terus diserang hama, produktivitas cokelat dan kopi menjadi rendah, sementara kebutuhan keluarga terus meningkat.

Untuk sementara, Marhen melihat tanaman terong masih relatif aman dari hama. Yang jadi persoalan pada awal Tahun 2023 malah harga, yang sering turun naik dari 1.200 rupiah hingga 5 ribu rupiah perkilogram.

Mulai banyaknya hasil panen sayur-sayuran di Pekon Gedung, Cukuh Balak, Tanggamus, diakui oleh pedagangnya, 

Atun mengatakan kestabilan harga sayuran di Pasar Pekon Gedong kini bergantung dari hasil petani lokal. Cabai melonjak naik jika sedang tidak panen, yang berarti lahannya masih kurang atau warga yang menggarap masih minim. 

Pedagang sayuran lain Marian mengatakan harga terong sedang jatuh.  Ia setuju jika petani di pekon itu melemparnya ke luar pekon.

***

Berbatasan di sebelah utara dengan Banjar Negeri, timur dengan Sukaraja, barat dengan Kejadian, Pekon Gedong berluas wilayah 562 hektare, dihuni 190 kepala keluarga atau 688 jiwa, yang tersebar di tiga dusun: Gedung, Sinar Bakri, dan Durian.

Berkah Dana Desa, setidaknya tiga infrastruktur penting: rabat beton jalan permukiman, drainase, dan talut penahan tanah, mulai merata di ketiga Dusun Gedung, Sinar Bakri, dan Durian.

Tak salah jika Ijal, salah seorang kepala dusun, mengatakan, berdasarkan musrenbang Tahun 2023, Pekon Gedung kini konsentrasi membangun jalan tani, untuk mempercepat warga membuka lahan.

Berbeda dengan dataran rendah, Pekon Gedung mulai memikirkan jalan tani, karena kontur tanah perbukitan dan pegunungan, yang mengharuskan rancangan anggaran harus teliti, agar hasilnya maksimal menuju lokasi pertanian, seperti tidak mudah rusak, dan lancar dilalui warga.

Prioritas pembukaan jalan tani juga disegerakan pada Tahun Anggaran Tahun 2023 dan 2024 karena pada tahun sebelumnya Gedung sudah membangun Balai Pekon, Pustu Kesehatan, Paud, sebagai sarana dasar pendidikan anak bangsa di desa.

Pekon Gedung juga sudah berhasil menggandeng warga, Pemkab, dan dermawan untuk membangun fasilitas masjid, yang selain untuk sarana ibadah, juga sering menjadi tempat terminal inspirasi pembangunan pada pertemuan pekanan dan bulanan.

Warga Pekon Gedung sedang menunggu realisasi janji anggota DPRD Dapil 6 yang menyebut akan merenovasi SD satu-satunya di sana, lewat res wakil rakyat di Cukuh Balak pada 5 Januari 2023 yang lalu.

Herlina, salah seorang guru, mengatakan kondisi SD Negeri Pekon tidak saja memprihatinkan, tetapi mulai mengganggu proses belajar dan mengajar, karena setiap musim hujan tiba, proses pendidikan anak bangsa berhenti, hanya karena atap sekolah bocor.

YUNADA YAMIN.

0 comments:

Posting Komentar