Saat Cengkeh Berbunga Lagi di Pekon Pampangan, Tanggamus

CUKUH BALAK (14/1/2023) -  Dari segi popularitas, Pekon Pampangan tidak terlalu terkenal, seperti pekon-pekon lainnya yang memiliki lokasi wisata pantai di Cukuh Balak, Tanggamus. Namun, bagi pengumpul hasil pertanian, seperti cengkeh, cokelat, kopi, pisang, dan bahkan kayu sengon, daerah ini menjadi tujuan perdagangan setiap saat.

Mewarisi semangat nenek moyang, penduduk Pekon Pampangan masih terus bertani dan berkebun. Meskipun berada di perbukitan, lahan seluas 1.330 hektare umumnya sudah dibuka oleh warga yang terdiri dari 300 kepala keluarga dan 1.800 jiwa. 

Cengkeh menjadi salah satu tanaman yang mulai berbunga saat ini. Dulu, kawasan ini juga penghasil komoditas yang sama, namun batang lama tidak produktif lagi. Warga pun mulai menyemai yang baru, dan umumnya mulai belajar berbuah pada awal Tahun 2023.

Matsai dan Joni, dua petani cengkeh, di Pekon Pampangan mengatakan mereka mulai menjual cengkeh dengan harga 110 ribu rupiah perkilogram. Dibandingkan dengan pohon tua, cengkeh baru lebih menjanjikan.

Meskipun demikian, petani cengkeh di Pampangan harus belajar sendiri agar tanaman mereka lebih produktif. Tidak seperti zaman dulu, petani harus menyiapkan pupuk. Hal yang sama berlaku untuk tanaman lain, seperti cokelat. Hanya durian dan duku yang tidak memerlukan pupuk.

Matsai dan Joni menyebut mereka masih petani autodidak. Tidak ada penyuluhan dari dinas terkait. Warga belajar dari satu kasus tanaman ke kasus lain, sehingga sering rugi.

Camat Cukuh Balak Yusef mengaku tidak mengira petugas penyuluhan pertanian dan perkebunan tidak sampai ke petani di Pekon Pampangan. Ia menyebut akan melaporkannya ke dinas terkait agar produktivitas cengkeh di kawasan ini berkembang kembali.

Melihat besarnya minat warga membuka lahan pertanian, membuat Kepala Pekon Pampangan Pathul Ilmi terus membuka jalan pertanian, selain sudah selesai merabat beton sejumlah jalan tani di kawasan tersebut.

Pathul Ilmi menyebut hampir seluruh jalan tani potensial sudah dilalui sepeda motor karena dirabat beton. Dengan adanya Dana Desa, warga bersemangat berangkat ke kebun, dan mulai tidak mengalami hambatan mengangkut hasilnya.

Pembukaan jalan juga dimaksudkan Kepala Pekon untuk menembus isolasi dengan Pekon Tengor, memberi peluang bagi warga membuat permukiman dan membuka lahan baru agar tidak ada lagi lahan tidur. 

Selain cengkeh dan lada, warga Pekon Pampangan juga mengandalkan tanaman kopi sebagai mata pencarian. Karena lahan tidak seluas daerah lain, kopi Pampangan umumnya dibeli oleh warga lokal, karena lebih harum.

Karena lahan terbatas dan petaninya juga tidak sedominan kabupaten lain, harga jual biji kopi dari Pekon Pampangan belum sebaik daerah lain. Mereka menjualnya 25 ribu per kilogram, sementara harga kopi jenis robusta umumnya di pasar Lampung mencapai 35 ribu per kilogram.

Pekon Pampangan juga penghasil pisang. Karena terletak di perbukitan, petaninya nyaris tidak menemui hama, terutama bulai daun. Namun, seperti kopi, harga jual pisang dari daerah ini masih 1.300 rupiah per kilogram, tidak seperti daerahnya, yang bisa menjual 2 ribu rupiah perkilogram.

Setelah menanam lima hingga sepuluh tahun yang lalu, Pekon Pampangan juga menjadi daerah penghasil kayu sengon dan bayur. Hampir setiap hari pengumpul datang ke daerah ini untuk mengangkutnya ke Bandarlampung dan Pulau Jawa.

Tidak seperti zaman dulu, warga tidak lagi mengandalkan tenaga manusia untuk mengangkat kayu. Mereka menggunakan kerbau agar kayu sampai ke pinggir jalan. 

Terletak sekitar 30 kilometer dari Kotaagung, Ibu kota Kabupaten Tanggamus, dan 90 kilometer dari Bandarlampung, Pekon Pampangan terdiri dari empat dusun:  pampangan, sukapura, padaganan, dan penantian.

Di Sebelah utara, Pekon Pampangan berbatasan dengan Pekon Kacamarga, sebelah timur dengan Sukapadang, sebelah selatan dengan Tengor,  dan sebelah barat dengan Pekon Banjarmanis.

Selain dikenal sebagai daerah perkebunan, separo dari wilayah Pekon Pampangan masih merupakan lahan pertanian dan sawah.

Seiring dengan usia bumi, penggarap sawah di Pekon Pampangan tak lagi bisa mengandalkam alam untuk kesuburan padi. Mereka harus menggunakan minimal dua jenis pupuk untuk menyuburkan tanaman.

Rozi, seorang petani, mengatakan, pada saat ini, pembelian pupuk menjadi prioritas jika musim panen. Mulai dari usia sebulan, ia sudah harus menebar pupuk agar produktivitasnya terjamin dan kualitas padi terjamin.

Seperti daerah pertanian lainnya, keasrian dan kenyaman permukiman di Pekon Pampangan begitu terasa. Apalagi umumnya penduduk mayoritas beragama Islam. Selain Bertani dan berkebun setiap hari, mereka juga meramaikan masjid pada setiap kesempatan.

Kepala Pekon Pampangan Pathul Ilmi mengatakan, dengan Dana Desa, sejumlah kesulitan warga dalam Bertani dan berkebunan menjadi tidak persoalan, karena Pekon bisa membangun rabat beton hingga daerah pertanian dan perkebunan.

Pekon Pampangan juga sudah berhasil menjamin ketersediaan air bersih bagi warganya. Warga tidak lagi mengambil air sendiri di pegunungan atau di sungai. Mereka cukup mengalirkannya ke rumah-rumah lewat sejumlah titik yang tersedia.

Pathul Ilmi merencanakan Pekon Pampangan menjadi salah satu Pekon Maju di Kecamatan Cukuh Balak, Tanggamus Pada tahun 2024. Keluar dari daerah yang selama ini dianggap miskin dan tidak berkembang.

Untuk menuju Pekon Maju, bersama aparat Pekon, Pathul Ilmi terus merencanakan jalan pertanian, pembangunan rabat beton di permukiman, pembuatan talut penahan tebing, dan perluasan persediaan air bersih.

Meski demikian, Kepala Pekon Pathul tetap mengharapkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten dan Provinsi dalam soal sarana pendidikan. Di Pekon ini tersedia satu sekolah dasar dan satu Sekolah Menengah Pertama, namun fasilitasnya masih jauh dari lumayan.

Syarif, Guru SD Pampangan mengatakan mereka belum memiliki ruang guru dan perpustakaan. Agar bisa beroperasional, mereka menjadikan salah satu ruang kelas untuk guru dan kepala sekolah.

Dari Dana Desa, Pekon Pampangan hanya mampu membangun Paud dan Pustu Kesehatan. Warga masih pergi jauh ke Puskesmas dan Rumah Sakit untuk berobat.

YUNADA YAMIN

0 comments:

Posting Komentar