Berkumpul sejak pukul 02.30 dan mulai berjalan kaki dari arah Lampu Merah Kantor Pemprov Lampung pukul 03.00, Rabu, 7 September 2022, PMII Bandarlampung menuju Kantor DPRD Bandarlampung di Jalan Basuki Rahmat, Gedung Pakuon, Teluk Betung Selatan.
Melihat Kantor DPRD Kota Bandarlampung dipagar kawat berduri, mahasiswa mulai kecewa. Setelah satu jam berkumpul di sana, mulai ada yang membakar ban. Para mahasiswa membentuk lingkar dan menyanyikan sejumlah lagu di sana.
Selesai membakar ban, para mahasiswa mulai menggulung pagar kawat berduri. Karena juga tidak bisa masuk ke dalam halaman Kantor DPRD Bandarlampung, mereka menggoyang pagar hingga rubuh.
Beberapa saat setelah pagar rubuh, kericuhan terjadi di antara mahasiswa karena kabar penyusup masuk dan beberapa dari mereka ditarik. Kesalahpahaman akhirnya mereda setelah masing-masing koordinator menyatukan rombongan masing-masing.
Selama hampir empat jam di depan Kantor DPRD Bandarlampung, mahasiswa yang tergabung dalam PMII Kota itu juga orasi, yang melihat kenaikan harga BBM semakin menyengsarakan rakyat.
Seorang orator juga meminta Wali Kota Bandarlampung mundur dari jabatannya karena menyebut rakyat tidak keberatan dengan kenaikan BBM.
Hingga pukul 18.00, Ketua PMII Bandarlampung M. Julianto mengatakan tidak ada audiensi dengan pimpinan atau anggota DPRD Bandarlampung, karena para wakil rakyat di sana hanya ingin menerima sebagian mahasiswa, sedangkan mereka menuntut seluruh peserta yang datang masuk ke dalam Gedung Dewan.
M. Julianto menyebut gerakan PMII menolak kenaikan harga BBM masih akan terus berlangsung, hingga Pemerintah memperhatikan suara mereka, yang melihat kenaikan bahan bakar minyak hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Ratusan mahasiswa bubar pukul 18.30. Umumnya mereka menyesalkan tidak bisa berkomunikasi dengan DPRD Kota Bandarlampung dan tidak diperbolehkan masuk ke dalamnya.
DANDI SUCIPTO
0 comments:
Posting Komentar