Stress Tak Bisa Berobat, Ibu Bunuh Dua Anak Sendiri

TEGINENENG (15/7/2018) – Dormian Sihite sering melamun belakangan ini. Di rumah mereka yang sederhana di Dusun Masgar RT 008 RW 003, Kotaagung, Tegineneng, Pesawaran, ia tidak periang dalam dua hari terakhir. Maag kronisnya tak kunjung sembuh sepulang dari rumah sakit. Dokter memutuskan wanita berdarah Batak itu dioperasi, tetapi mereka tak punya biaya.

Pada pukul 09.45, Minggu 15 Juli 2018, suasana rumah yang tambal sulam itu tampak sepi. Dua anak wanita berusia 28 tahun itu sedang ke gereja. Suaminya, Tunggung Manurung, tidur dengan dua anak mereka yang lainnya di kamar.

RNM, anak berusia 8 tahun, mengompol. Ia memanggil ibunya dan wanita kelahiran Medan, Sumatera Utara itu, membawanya ke kamar sebelahnya. Beberapa saat kemudian, Dormian Sihite kembali ke kamar, di mana suaminya tidur. Menggedong anaknya MRM, yang berusia 3 tahun.

Hanya dalam belasan menit, sang ayah terbangun mendengar suara anaknya menangis. Tunggung Manurung ke kamar sebelah dan kaget. Dua anaknya tertelungkup bersimbah darah, isterinya sedang mencabik-cabik dadanya dengan pisau dapur, yang sebelumnya dipakai membunuh kedua anaknya.

Dibantu warga sekitar, Tunggung Manurung membawa kedua anaknya ke Klinik dr. Fauziah di Dusun Kunyanyan, Bumi Agung, Tegineneng, Pesawaran. Baru tiba di sana, anak berusia delapan dan tiga tahun itu meninggal dunia. 

Adapun Dormian Sihite dibawa keluarga yang lain ke RS Natar Medika, Lampung Selatan. Polisi, kemudian, memindahkannya ke RS Bhayangkara, tempat dua anaknya juga dikirim untuk autopsi.

Petugas keamanan setempat mengatakan tetangga melihat rumah tangga Tunggung Manurung dan isterinya Dormian Sihite rukun-rukun saja selama ini. 

JRM, anak kedua Tunggung Manurung, mengatakan ibunya sering melamun belakangan karena sakit maagnya tak kunjung sembuh. “Dokter bilang mama harus dioperasi, tetapi kami tidak memiliki biayanya,” kata sang anak.

Petrus, paman dari anak-anak malang itu, mengatakan mengetahui peristiwa karena didatangi Tunggung Manurung, sambil menangis. Ia diminta untuk melihat Dormian Sihite ke rumahnya. Saat tiba di sana wanita beranak empat itu sudah tergeletak di atas kasur.

PANDAWA AF DAN IWANSYAH

0 comments:

Posting Komentar