Pekon Doh, Tanggamus: Panjang Pantainya sampai 6 Kilometer

CUKUH BALAK (5/1/2023) -  Wisata pesisir Lampung umumnya sedang murung tiga tahun terakhir. Setelah didera pandemi sejak Tahun 2019, warga dibatasi untuk melancong.  Saat pandemi mereda, cuaca buruk menimpa pesisir Lampung, dari Lampung Selatan hingga Tanggamus, membuat lokasi wisata sepi di penghujung Tahun 2022 dan awal Tahun Baru 2023.

Peristiwa yang sama terjadi di Pekon Doh, Kecamatan Cukuh Balak, Tanggamus. Karena cuaca, pantai indah di kawasan ini sepi pengunjung.

Pokdarwis Cukuh Balak, Masrur,  mengatakan pengujung pantai Pekon Doh pada awal tahun 2023 tersepi dari tahun baru sebelumnya. Faktor penyebab utama cuaca, meski juga dipengaruhi simpang siurnya informasi.

Masrur menyebut pantai di Pekon Doh memanjang hampir seluruh Pekon, umumnya indah dan alami.  Pekon Doh memiliki pantai sepanjang 6.000 meter, dengan hamparan pasir putih,  karang, dan bebatuan.

Ia melihat kunjungan wisata juga belum meningkat karena akses jalan wisata yang direncanakan dari Bandarlampung ke Tanggamus belum terwujud. Masih banyak akses jalan yang rusak, hingga warga Lampung tidak bisa menikmati indah dan alaminya pantai Pekon Doh.

Pariwisata di Pekon Doh juga potensial karena warga masih menjalan adat dan budaya. Di sinilah tempat tinggal empat kesebatinan Marga Putih.

Pekondoh masih memiliki rumah pangeran, yang merupakan pimpinan adat di marga putih. Meski bukan sebagai unsur pemerintah, warga masih menganggapnya sebagai pelindung, penganyom,  dan pemersatu adat lampung dan seni budaya lainnya, di saat warga melaksanakan hajatan.

Berbeda dengan akses masuk, jalan provinsi di Pekon Putih Doh sudah mulai memadai. 

Berjarak sekitar 90 kilometer dari Bandarlampung, ada banyak arah untuk menuju kawasan ini. Yang pertama lewat Gedongtataan dan Pringsewu, melewati Pardasuka,  Bulok,  Tanjakan Gayau,  Limau, dan Badak.

Bisa juga dari Bandarlampung ke Padang Cermin,  Pasar Jatiringin,  Kubulangka, Kejadianlom,  dan Kacamarga.

Pekon Doh berbatasan di sebelah timur dengan Pekon Putihdoh, utara dengan Tanjung Betuah,  dan sebelah timur dengan Pekon Tanjungjaya,  Kecamatan Limau.

Pekon Pekondoh memilih luas luas wilayah 1. 884 hektare, dihuni 560 kepala keluarga, dan 2.254 jiwa,  yang tersebar di empat dusun,  yaitu Tanjung Agung, Semberangan, Penyandingan, Tanjung Makmur, Sukamakmur,  dan Wai Bangik Atas.

Berbeda dengan akses  masuk, jalan provinsi di Pekon ini lumayan bagus, umumnya hotmix, meski seharusnya mulai ada perbaikan di beberapa titik.

Sejak Pemerintah memberikan Dana Desa, umumnya jalan permukiman di Pekon Doh sudah beton, termasuk  ke arah jalan pertanian, perkebunan, dan pinggiran pekon.

Selain drainase, Dana Desa juga dimanfaatkan untuk membangun rabat beton, talut penahan tanah, jalan pertanian, pemeliharaan jalan lintas.

Kepala Pekon Pekon Doh Yuzarni mengklaim Dana Desa yang diterima Pekon telah dibangun sesuai dengan harapan warganya.

Yuzarni mengakui pembangunan infrastruktur sedikit berkurang saat pandemi, karena anggaran harus dibagi untuk bantuan langsung tunai dan berbagai keperluan lain.

Tak salah jika masih ada pelajar yang menyeberangi sungai di Way Bangik karena anggaran dana desa tidak mungkin untuk membangun jembatan. Dusun Way Bangik dihuni sekitar 500 jiwa. Pelajar SD di sana setiap hari  harus menyeberangi sungai untuk bersekolah.

Sabarno, seorang guru di Way Bangik, meminta Pemerintah Provinsi atau Kabupaten segera membangun jembatan di sana agar pelajar tidak lagi melewati sungai jika hendak bersekolah. Mereka sering libur jika musim hujan, karena debit air di sana naik.

Sebagai daerah perbukitan dan pantai, warga juga kreatif dalam mencari penghasilan, dengan memanfaatkan lahan untuk menanam sayur mayur,  pepaya, dan pisang. Seluruhnya dikirim ke luar daerah, terutama Jakarta, karena pasokan lokal sudah berlebih.

Adanya ide menanam kayu sengon dan kayu bayur belasan tahun yang lalu, juga membuat Pekondoh menjadi penghasil kayu pada saat ini. Usia pohon rata-rata sudah di atas tujuh tahun.

Said, seorang pengusaha kayu, mengatakan ia mengirim minimal 3 truk kayu olahan ke Jakarta setiap hari karena warga di sana memanfaatkan lahan untuk menanam pohon, dan terus meremajakannya agar kelak menjadi sumber penghasilan.

Selain sayur mayur dan kayu, sebagian warga masih bertahan di sektor nelayan dan laut. Pekon Doh termasuk daerah penghasil rumput laut kuning. Batu pantai juga menjadi bagian dari pekerjaan warga untuk jadikan material bangunan dan jalan.

Di bidang pendidikan, Pekon Doh memili 2 Sekolah Dasar dan 1 Sekolah Menengah Pertama. Warga Pekon Doh tidak perlu bersegera merantau untuk bersekolah.

Kepala Pekon Yuzarni juga membangun Paud untuk memperhatikan pendidikan anak lebih dini. Lembaga ini sering mengundang guru-guru dari kota agar kelas pendidikan di sana tidak terlalu ketinggalan.

Karena belum ada Puskesmas, Yuzarni juga membangun Pustu Kesehatan. Umumnya warga saat ini menyegerakan diri berobat, sehingga tidak harus parah, baru diangkut ke rumah sakit di kota.

Yuzarni juga mulai membangun Balai Pekon sebagai tempat pelayan masyarakat, sehingga para petinggi, wakil rakyat, bisa bertemu dengan rakyat di sana.

Balai Pekon juga menjadi tempat berkumpul warga untuk memusyawarahkan sesuatu, sehingga tidak ada jarak antara aparat dan rakyat.

YUNADA YAMIN

0 comments:

Posting Komentar