Kisah Sopir Taksi Jakarta Sembuh Corona di Lampung

BANDARLAMPUNG (6/4/2020) – Ia hanya seorang sopir taksi. Tak ada pemberitahuan untuk boleh atau tidak membawa siapa pun saat itu. Terakhir ia membawa dua penumpang: satu ia duga WNA Cina, meminta antar dari Taman Anggrek, Jakarta Barat, ke BRI II di Jakarta Pusat. Satu lagi penumpang dari Kosambi, Tangerang, ke Pondok Cabe.

Besoknya, badannya meriang. Lidah terasa pahit. Seperti tidak merasakan apa pun.  Karena hanya seorang perantau di Jakarta, ia memutuskan pulang ke Lampung. Saat itu, Februari 2020, penjagaan tak ketat. Banyak pihak masih yakin virus corona takkan menembus Indonesia.

Warga Bandarlampung berusia 35 tahun itu pun berobat ke Kosasih. Tidak sembuh, ia ke RSAM. Masih juga tanpa koreksi, ia meminta keluarga membawanya ke RS Advent. Hanya beberapa hari, ia dirujuk ke RSAM lagi, diperiksa, diisolasi, dan dinyatakan sebagai pasien positif Nomor 3 pada 27 Maret lalu.

Selama 18 hari di RSAM, ia menyimpan tekad satu: harus sembuh. Ia tidak memedulikan kabar siapa saja yang meninggal. Ia menutup diri dari berita tentang gonjang-gajing virus corona, yang berubah setiap detik.

Sejak dirawat, ia memang disebut-sebut Kadis Kesehatan Lampung sebagai pasien berstamina bagus. Pada 5 April 2020, RSAM mengisyaratkannya sembuh bersama pasien Nomor 1, namun baru memperbolehkannya pulang.

Sejak Senin 7 April 2020, ia sudah di rumah petaknya lagi. Royhan Saputra, sopir taksi di DKI Jakarta itu, mengharapkan ia diterima sebagai warga Pesawahan, Bandarlampung, kembali.

Setengah menangis, ia meminta warga Lampung tidak mengucilkan pasien positif corona dan keluarganya. Apalagi mengusir jenazahnya saat hendak dimakamkan. 

DEDI KAPRIYANTO

0 comments:

Posting Komentar