Perajin Tapis Pesisir Barat Tetap Eksis saat Pandemi Covid-19

WAY KRUI (2/10/2020) – Rumahnya sederhana saja di Pekon Labuan Mandi, Way Krui, Pesisir Barat. Namun dari sanalah kemewahan pesta adat dan perkawinan berasal, mulai dari tapis pakaian, sprei, bantal, guling, topi, tas,  hingga kelambu.

Mengaku tidak memiliki kebun dan sawah, Azma Wati hanya berprofesi perajin tapis. Sejak bangun subuh hingga pukul 12.00 malam, ia menekuninya, di luar kegiatan rutin berbelanja, memasak, dan beribadah.

Dalam usia 58 tahun, 30 tahun hidupnya ia habiskan menjadi perajin tapis. Ia sudah lewati masa krisis moneter beberapa kali, termasuk diterpa pandemi covid-19 sejak awal tahun ini.

Meski krisis moneter atau pandemic covid-19, ia terus menyulam. Kalau tidak ada yang membeli, ia simpan sampai ada yang datang. Menurut cara berpikirnya, satu saat akan ada orang yang mengganti karya sulamnya, karena masyarakat masih menyelenggarakan perkawinan dan pesta adat.

Dengan hidup sederhana, Azma Wati menghidupi lima anaknya dari menyumlam tapis. Segala hal dicukup-cukupkan hingga hidup terus berjalan.

Yang ia sayangkan, saat harga lain terus naik, orang menawar tapis masih seperti tempo dulu. Agar tetap untung, sulaman terpaksa dikurangi.

Azwa menjual tapis termurah Rp300 ribu, tetapi bertahan pada harga Rp5 juta untuk tapis banyak kembang, seperti kelambu dan pakaian pengantin.

RIKI PRATAMA

0 comments:

Posting Komentar