Cara Nelayan Lepas Perahu Baru di Bakauheni Lampung Selatan

BAKAUHENI (22/11/2022) -  Cuaca sedang cerah pada Minggu Pagi, 20 November 2022, saat puluhan warga Sumampir, Bakauheni, Lampung Selatan, sedang mengikuti syukuran, zikir, dan berdoa sambil berjongkok menghadap sebuah perahu berukuran 8 kali 2 meter.

Seperti pada kesempatan lainnya, mereka beramai-ramai menghadiri syukuran selesainya sebuah perahu milik warga mereka, dan berencana akan melepasnya ke samudera, untuk dijadikan  sarana mata pencarian sebagai nelayan.

Saat para pria berzikir dan mendoakan kapal, para wanita sibuk menyiapkan makanan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melepas perahu ke samudera. Termasuk bingkisan untuk warga yang ikut bergotong royong.

Tradisi ini sudah dilakukan warga Dusun Sumampir sejak nenek moyang mereka merantau dari Banten ke Bakauheni, Lampung Selatan, ratusan tahun yang lalu.

Selesai zikir dan berdoa, acara yang dinanti-nantikan warga, terutama anak-anak dan remaja pun, tiba. Sejumlah uang dan berbagai hadiah ditabur ke perahu. Mereka memungutinya sebagai hadiah sekaligus berharap berkah, siapa tahu juga akan bisa memiliki perahu, suatu saat nanti.

Usai syukuran, pekerjaan berat pun dimulai, dengan menaikkan perahu ke atas truk, untuk diangkut dari Dusun Sumampir ke Pantai Pegantungan, yang berjarak belasan kilometer. Warga memerlukan waktu beberapa jam untuk menaikkan perahu tanpa cacat, karena sebentar lagi akan dilepas ke samudera.

Pekerjaan lainnya mengawal truk ke Pantai. Selain jalan yang naik turun dan menikung, terdapat banyak hambatan, mulai dari lintangan kabel listrik, persimpangan, jalan rusak, yang dapat mengakibatkan perahu terjatuh atau tersangkut.

Dengan naik sepeda motor, warga Sumampir bergotong royong menghilangkan seluruh rintangan, sehingga dalam tempo kurang dari dua jam, kapal tiba di Pantai Penggantungan, dan berhasil diturunkan.

Adalah Dirin, yang bersyukur atas semua bantuan dan semangat gotong royong warga, untuk mengangkut kapalnya dari Dusun Sumampir ke Pantai Penggantungan. Ia menyebut tidak membayar sepersen pun untuk acara tersebut, kecuali makanan, minuman, dan bingkisan kepada warga yang membantu.

Sepanjang ingatan Dirin, dirinya bukan orang yang pertama kali membangun perahu di dusunnya. Sejak dulu, warga bergotong royong membantu untuk melepasnya ke samudera. Sejak ia kecil, tradisi itu sudah ada dan ia bersyukur masih diteruskan hingga sekarang.

Yang membuat Dirin berbangga, ia mengerjakan sendiri pembangunan kapal di samping rumahnya, mulai dari desain, pemilihan material, pembuatan, hingga finishing, seperti pengecatan. Seluruhnya berlangsung selama dua bulan.

Warga Dusun Sumampir, Bakauheni, Lampung Selatan itu, mengaku mengeluarkan modal sekitar 13 juta rupiah, belum termasuk mesin.  Bahan termahal terutama untuk kayu, yang terdiri dari damar dan bungur, yang mulai susah dijumpai, dan harus dipesan dari luar kabupaten.

Dirin berencana akan membawa perahunya mencari ikan di sekitar Pulau Prajurit, Pulau Kandang, Pulau Rimau Balak, dan Pulau Sangiang, pavorit perairan nelayan di sana, karena ikan selalu sepanjang musim.

ROY SHANDI

0 comments:

Posting Komentar