Di beberapa daerah, harga jagung bahkan turun dratis hingga 2.000 rupiah per kilogram. Beberapa pengumpul pun menutup lapak. Tidak berani mengambil risiko, karena melihat kemungkinan harga dalam waktu dekat tidak masuk akal.
Sejumlah petani di Pringsewu, Pesawaran, dan Lampung Utara, menyebut harga terakhir sebelum panen raya masih antara 3.500 hingga 4.000 rupiah per kilogram atau nyaris separo dari harga sepekan terakhir.
Para petani dan pengumpul juga mengeluhkan antrean ke pabrik, yang biasanya lancar, kini bisa berlangsung sampai tiga hari. Banyak juga dari mereka yang terpaksa pulang karena ditolak dengan alasan kadar air.
Rata-rata petani menyebut mereka tidak bisa berlebaran tahun ini karena anjloknya harga jagung membuat penghasilan tekor.
Beberapa dari mereka, bahkan, menyebut menanam jagung saat ini “tidak masuk akal” lagi karena pupuk susah, harga bahan bibit dan kimia naik, hama ulat meningkat, biaya transportasi meningkat, dan tidak mungkin menurunkan upah pipil dan pengeringan.
PIYAN AGUNG DAN ADI SUSANTO
Posting Komentar