Tersangka sindikat SIM palsu berinisial HR umur 34 tahun dan AS usia 25 tahun, warga Desa Bumisari serta MAP umur 32 tahun, warga Hajimena, Natar, Lampung Selatan. Seorang lagi DS usia 48 tahun, warga Kelurahan Gedong Pakuon, Telukbetung Selatan, Bandarlampung.

Wakapolres Lampung Utara Kompol Yohanis dan Kasatreskrim AKP Apffryadi Pratama, Jumat 29 Agustus 2025, mengungkap penangkapan empat tersangka sindikat pemalsuan SIM. Sindikat ini terbongkar setelah beroperasi tiga tahun. Salah satu tersangka memiliki senjata api rakitan jenis revolver bersama tiga peluru.

Pembongkaran kasus ini bermula laporan warga Rizki Prima Bhakti. Ia curiga karena SIM B1 yang diterimanya berbeda dengan format resmi. Tanggal lahir pada kartu SIM tercetak tiga digit angka, padahal seharusnya hanya dua.

AKP Apfryyadi Pratama mengungkap anggota sindikat ini membagi tugas sebagai pencari blangko SIM bekas melalui iklan Facebook. Tersangka lainnya bertugas menghapus tulisan lama dari SIM yang sudah tidak berlaku. Sisanya melakukan pencetakan ulang dengan identitas baru.

Sindikat memasang tarif satu SIM B1 Rp1 juta. Selama beroperasi tiga tahun sudah memproduksi lebih 200 SIM palsu. Dokumen kepolisian itu dijual kepada warga Lampung maupun luar daerah.

Polisi mengamankan barang bukti senjata api rakitan beserta tiga peluru kaliber 9 milimeter, 20 SIM palsu, laptop, monitor, dan perangkat percetakan dokumen, blangko SIM, hologram Tribrata serta bahan KTP palsu, bukti transfer uang dan tiga handphone.

Para tersangka dijerat Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen dengan ancaman hukuman enam tahun. Sementara pemilik senjata api rakitan juga dikenakan Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun.