Firman Widy Andono, usia 41 tahun, warga RT 1 RW 1 Pekon Kotawaringin, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu, menderita kelumpuhan sejak tahun 2016. Ia terjatuh dari pohon alpukat hingga mengalami patah tulang ekor, tulang belakang, dan kaki.

Orangtuanya pasangan petani Purwoto dan Siti Khotijah sudah membawa Firman ke rumah sakit maupun pengobatan alternatif. Namun, pria lajang ini tak kunjung sembuh. Ia lumpuh total dengan kondisi terbaring tidak berdaya selama lima tahun.

Tubuh Firman sedikit demi sedikit bisa bergerak hingga tahun 2025 bisa merayap, berdiri dan belajar jalan menggunakan tongkat pembelian sendiri seharga Rp300 ribu. Rumah Sakit Harapan Bunda pernah memberikan bantuan kursi roda tetapi alat itu tidak difungsikan lagi.

Firman coba bangkit dengan terus belajar jalan dengan alat penyangga. Ia membuat lajur bambu sebagai sarana jalan. Proses ini butuh kesabaran mengingat segalanya diupayakan dengan daya sendiri.

Pria lumpuh ini sebenarnya mengharapkan kepedulian pemerintah untuk membantu dirinya segera pulih dengan pengobatan atau bentuk perhatian lainnya. Selama sembilan tahun terakhir, Firman belum pernah mendapatkan uluran tangan.

Di tengah penderitaan dan kesepian, Firman kadang-kadang melantunkan lagu-lagu melankolis dengan alunan gitar. Tak habis-habisnya mengulang syair lagu puitis sebagai ekspresi kesedihan yang mendambakan datangnya kepedulian atas nasibnya.

Kadus 1 Pekon Kotawaringin Dedi Firmansyah membenarkan Firman mengalami kelumpuhan total selama lima tahun sejak 2016 dan empat tahun terakhir belajar berdiri hingga jalan pelan-pelan.

Keluarga dan tetangga mengharapkan proses itu membawa pemulihan. Perangkat pekon juga mengusulkan kepada pemerintah agar memberikan perhatian khusus demi kesembuhan Firman.