Hari Batik Nasional itu juga diramaikan acara membatik massal yang diikuti 150 peserta, mulai dari pelajar SMAN 1 Ambarawa, anggota Dekranasda,  dan masyarakat umum.

Hi. Sujadi mengatakan Pringsewu sudah memiliki sanggar batik dan memiliki ciri khas sendiri. Ia mengharapkan batik dari daerah ini segera masuk ke pasar nasional.

Dalam acara yang dirangkai dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2017 itu, Bupati Pringsewu bangga dengan batik yang dikenakannya sebagai produksi lokal. Menurutnya,  pelestarian batik tidak hanya tanggung jawab pemerintah dan para pemangku kepentingan,  tetapi juga menjadi tanggung jawab dan kewajiban seluruh masyarakat Indonesia.

Dalam Hari Batik Nasional ke-8 tingkat Provinsi Lampung tersebut  juga digelar pameran, bazar batik dan kain tapis, pergelaran musik bambu, fashion show batik, penampilan seniman dari kota Solo,  dan membatik 100 Meter kain. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Batik-Tenun Nusantara (APBTN) Provinsi Lampung. 

Bendahara DPD Buana Hetti Pamularsih mengatakan tenun dan batik Lampung sudah sering mengikuti lomba batik nasional, mulai dari  batik tulis sinaran dan siger penguten, juara 1 tingkat nasional. Harga batik yang dipamerkan bervariasi dari Rp750 sampai Rp800 ribu.

Terkait peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Bupati Pringsewu Hi. Sujadi  mengharapkan peringatan tersebut menjadi momentum bagi semua anak bangsa untuk tidak melupakan sejarah. Peristiwa G30S/PKI, sebagai sejarah kelam di masa lampau dan kekejaman PKI hendaknya tidak terulang kembali. 

Dalam kesempatan itu, Bupati juga menyerahkan petikan SK kenaikan pangkat secara simbolis bagi 310 Aparatur Sipil Negara PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pringsewu.

Efrizal