Berawal dari keinginan memperoleh pelayanan yang sama dengan penduduk kota, pada awalnya pemasangan listrik di sana janji muluk orang yang mengaku bisa membangun jaringan listrik ke sana.
Kadung sudah memperoleh bayaran dari warga, listrik tetap dipasang dari rumah ke rumah, dengan memakai tiang bambu, pohon kelapa, atau apa saja jenis tumbuhan yang panjangnya mencapai belasan meter.
Pada awalnya, karena yang berlangganan listrik ke PLN hanya satu dua orang, tegangan masih bagus. Namun, setelah dihuni ratusan orang, arus hanya bagus sejam dua jam pada pagi hari, setelah itu redup dan merusak barang elektronik.
Sagimin, Sukendar, Supono, Suyatmi, dan Rohani mengatakan tidak ada yang bisa mereka nikmati dari listrik kecuali redup sepanjang hari. Mereka juga tidak bisa memakai magig jar, apalagi kulkas, dan mesin air.
Beberapa warga terus berusaha menyalakan tivi, tetapi sering belah setelah magrib. Sedangkan sanyo hanya bisa difungsikan pada pagi hari.
Ketua RT Poniman mengatakan, karena jalan ke arah permukiman tidak pernah tersentuh aspal atau rabat beton, warga di sana sering jadi sasaran gombal calon anggota legislatif. Namun, sudah dua kali pemilu, janji listrik normal dan jalan mulus tak terealisasi.
PIYAN AGUNG
0 comments:
Posting Komentar