Pratama tewas atas dugaan korban kekerasan saat mengikuti pendidikan dasar (diksar) Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel).
Sambil memegang lilin, para mahasiswa melantunkan doa untuk almarhum. Sebingkai foto Pratama di sisi bundaran menjadi pusat aksi. Mereka juga membacakan sebuah puisi yang menggambarkan peristiwa yang dialami oleh Pratama.
Koordinator aksi, Zidan, mengatakan kegiatan ini mengenang 40 hari tewasnya Pratama Kusuma Wijaya, salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila. Pratama meninggal April 2025 setelah mengikuti kegiatan pendidikan dasar Mahepel pada November 2024.
Aksi mahasiswa ini mengikuti rangkaian membakar seribu Lilin, tabur bunga serta doa bersama. Ia berharap keadilan ditegakkan dan bukan hanya digaungkan. Mahasiswa juga berharap kematian Pratama Kusma Wijaya segera terungkap sehingga keluarganya mendapatkan keadilan.
0 comments:
Posting Komentar