Satu-satunya anak yang ia miliki tidak pernah pulang lagi setelah dibawa seseorang dengan alasan bekerja ke tempat jauh.
Tak banyak yang bisa diperbuatnya saat ini. Makanan, pakaian, dan keperluan sehari-hari tidak bisa lagi ia cari. Ia hanya berdiam di gubuknya, menunggu belasan kasihan orang lain.
Alhamdulillah. Mbah Sawiyah begitu tegar menghadapi hidup. Para tetangga pun umumnya mengasihinya. Setiap mereka memiliki kelebihan, nenek berusia 82 tahun itu mereka bagi.
Hanya satu yang belum bisa mereka bantu: gubuk Mbah Sawiyah sudah begitu reot. Sebagian, bahkan sudah tidak beratap. Ia bertahan di salah satu ruang yang bertambal sulam geribik. Meski tak kehujanan, tetapi tetap tembus angin di malam hari.
Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pringsewu, Februari 2017 yang lalu, nama Mbah Sawiyah menjadi komoditas politik. Sujadi, yang masih berhasrat menjabat untuk kedua kali, mengunjunginya. Bupati berjanji akan memperbaiki rumahnya dalam sepekan.
“Sampai sekarang janji itu tidak pernah terealiasi,” kata Mbah Sawiyah, dalam bahasa Jawa yang halus.
Mbah Sawiyah sebenarnya sudah melupakan janji Pak Bupati. Ia baru teringat lagi ketika Lampung TV dan Kepala Pekon Sidodadi, M. Nuh Barokah, mengunjunginya, Senin, 9 Oktober 2017.
Kepala Pekon pun juga bukan ingin mendesak Kepala Daerah. Setiap berkunjung ke desa itu, warga sekitar mengingatkannya soal Mbah Sawiyah. Lalu, ia mengulangi proposal ke Dinas Sosial pada tahun lalu. Namun, sampai saat ini tidak ada jawaban.
Menurut catatan Lampung TV, dalam rencana anggaran untuk Tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Pringsewu tidak menyediakan anggaran untuk perbaikan rumah warga tidak mampu.
Pada rencana anggaran Tahun 2016, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan membuat rencana anggaran Rp50 juta untuk mata anggaran “belanja bahan bangunan perbaikan rumah”.
Eprizal






0 comments:
Posting Komentar