Laris, tapi Bahan Baku Kolang-Kaling Mulai Langka di Lampung

BUMIRATU NUBAN (23/3/3023) -  Kolang kaling masih menjadi salah satu pavorit takjil di Lampung. Selain dijual mentah di pasar-pasar tradisional, biji pohon aren yang disebut orang Belanda “glibbertjes” atau "benda-benda licin kecil" ini banyak dijual di kuliner takjil, tersendiri, atau sudah dicampur dengan aneka buah yang lain.

Harga kolang kaling di pasaran kini masih bervariasi dari 5 ribu rupiah hingga 10 ribu rupiah. Khusus yang super ada juga yang berharga sampai 20 ribu rupiah per kilogram. Yang sudah jadi manisan, ada yang dibanderol 50 ribu rupiah.

Banyak pengrajin kolang kaling di Lampung. Salah satu di antaranya Taufik, yang rutin memproduksi di rumahnya di Kampung Sukajawa, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Lampung Tengah.

Begitu masuk ke kawasan produksi, biji aren mentah menumpuk di depan rumah Taufik. Untuk mengangkutnya ia memakai gerobak sorong, yang biasanya dipakai pekerja bahan bangunan.

Taufik mempekerjakan setidaknya 50 orang dari kawasan sekitar untuk mengolah biji aren menjadi kolang-kaling, mulai dari bongkar muat, mencungkil bagian mata, merebus, memecah menjadi kolang-kaling, dan membersihkannya.

Warga Kampung Sukajawa itu mengaku sudah menjual 7 ton kolang-kaling hingga awal Ramadhan. Saat pertama puasa, pesanan terus datang, untuk sekitar 5 ton dari Menggala, Metro, dan Natar, Lampung Selatan.

Namun, Taufik menyebut tidak akan memproduksi kolang-kaling hingga akhir Ramadhan. Dalam tiga tahun terakhir, bahan baku yang ia peroleh dari Lampung Barat terus menipis, karena lahan aren sudah menjadi perkebunan dengan tanaman lain.

SIGIT SANTOSO

0 comments:

Posting Komentar