Tangis Penyapu Jalan Pesisir Barat Dipecat saat Pandemi

KRUI (2/7/2021) – Rumahnya paling sederhana jika dibandingkan dengan tempat tinggal lain di Krui, Pesisir Barat. Papan bangunan sudah pada lapuk, hanya terdiri dari satu ruangan, dengan kamar bersatu barang rongsokan.

Tempat tinggal itu pun masih menumpang. Mereka belum memiliki rumah sendiri, karena penghasilannya dalam sebulan hanya Rp400 ribu sebagai penyapu jalan, yang kerap disebut pasukan oranye di Pesisir Barat.

Berbakti selama 5 tahun, Fitriana, salah seorang dari petugas kebersihan, mulai bangga sejak Januari 2021. Gaji mereka naik Rp200 ribu menjadi Rp600 ribu per bulan. Ia tidak menyangka penghasilan itu nihil sejak Juli 2021, karena dipecat Dinas Lingkungan Hidup.

Sambil menyuapi anaknya di rumahnya yang reot di Pasar Krui, Pesisir Tengah,  Fitriana mengatakan ia bekerja sebagai petugas kebersihan karena penghasilan suami tidak cukup untuk menghidupi tiga anaknya.

Yang membuat tangisnya meledak, Dinas Lingkungan Hidup memecat mereka saat hidup lagi susah di era pandemi covid-19. Kebetulan pula anaknya sedang sakit dan terus-terusan membutuhkan obat.


Tidak hanya Fitriana yang dipecat. Ferawati, warga Pekon Rawas, Pesisir Tengah, juga merasakan sesak dada, setelah mereka ikhlas bekerja dengan gaji Rp400 ribu selama 5 tahun. 

Ferawati ingin melupakan dirinya sebagai petugas kebersihan dengan membantu suaminya menjadi tukang rongsok. Tetapi karena pemecatan berlangsung sepihak, ia ingin mengingatkan petinggi Pesisir Barat tentang target hidup mereka hanya untuk makan sehari-hari, bukan untuk kaya seperti para pejabat.

YUAN ANDESTA DAN RIKI SAPUTRA

0 comments:

Posting Komentar