Ekspor Dibuka, Petani Sawit Lampung Kembali ke Kebun

KOTAAGUNG (22/5/2022) -  Petani sawit di Kotaagung dan Wonosobo, Tanggamus, mulai bergairah kembali setelah Pemerintah memutuskan membuka keran ekspor pada 19 Mei lalu, setelah menutupnya pada 28 April 2022 dengan dalih hingga pasokan minyak goreng domestik melimpah.

Sejumlah pekerja perkebunan sawit rakyat di Kotaagung, Minggu, 22 Mei 2022, mulai membersihkan tandan, memeriksa usia tanaman, dan menurunkan buah yang sudah matang.

Sejak Pemerintah menutup keran ekspor sawit pada 28 April, harga sawit umumnya turun dari 3.500 rupiah menjadi 1.300 rupiah perkilogram. Petani dan pekerja sawit pun mulai malas ke kebun karena harga tidak sesuai dengan ongkos produksi.

Menurut Data Badan Pusat Statistik, luas areal perkebunan sawit di Tanggamus pada Tahun 2019 mencapai 35 hektare, menurun dari tahun sebelumnya 55 hektare. Sebaran tanamannya terbanyak bisa dijumpai di Air Naningan, Semaka, Wonosobo, Pulau Panggung, dan Ulu Belu.

Karena harga tidak stabil, sawit kalah populer dari tanaman lain, mulai dari kopi yang mencapai 41 ribuan hektare, kepala 14 ribuan hektare, kakao 13 ribuan hektare, lada 12 ribuan hektare, dan karet 500-an hektare.

Di Kotaagung dan Wonosobo, lahan sawit umumnya berada di kaki pegunungan dan memanjang hingga pantai Barat yang indah.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik Lampung, luas tanaman sawit di provinsi ini mencapai 109 ribu hektare, terbanyak di Mesuji 21 ribuan hektare, Lampung Tengah 19 ribuan hektare, Tulangbawang 18 ribuan hektare, Waykanan 13 ribuan hektare, Pesisir Barat tujuh ribuan hektare, Lampung Utara 8000-an hektare, Lampung Timur 7500-an hektare, Lampung Selatan 6800-an hektare, Tulangbawang Barat empat ribuan hektare. 

Heriyanto, seorang petani di Kotaagung Barat, mengharapkan harga sawit kembali normal seperti biasa, tetapi jangan sampai membuat harga minyak goreng naik dan bahannya langka di pasaran.

HARDI SUPRAPTO

0 comments:

Posting Komentar