Berkah Lemang Perantau Minang di Metro, Lampung

METRO (9/4/2022) -  Usia wanita itu sudah menjelang 80-an. Sedangkan suaminya lebih tua sedikit tiga tahun. Mereka berasal dari Sumatera Barat, tetapi sudah lama tinggal di Jalan Imam Bonjol, Hadimulyo Barat, Metro.

Sejak merantau dari Minangkabau puluhan tahun lalu, wanita dan pria sepuh itu hanya tahu membuat lemang.  Penganan yang terbuat dari beras ketan, dibungkus dengan daun pisang, dicampur santan kelapa, dan dibakar dalam seruas bambu.

Dari sanalah ia menghidupi keluarganya, hingga bisnis tersebut kini sudah beralih tangan ke puteranya Edi, yang juga hidup dari menjual lemang.

Untuk memasak puluhan batang lemang setiap hari, keluarga asal Minang itu memerlukan dapur lebih besar dari umumnya rumah lainnya. Di sanalah mereka memarut kelapa, memerasnya, menyaring santannya, mempersiapkan bambu, daun pisang, dan membakarnya.

Perlu ruangan sekitar empat kali dua meter, dengan ketinggian dua meter, untuk memasak lemang. Baranya yang menyala menghangatkan ruangan atau bisa membuat panas tubuh. Mereka memilih memasak dalam dapur, meski umumnya kebanyakan orang membakarnya di luar, agar tidak menganggu tetangga.

Seperti lemang lainnya, keluarga Edi membakar batang lemang minimal empat jam. Mereka memulai bekerja usai tarawih dan berlangsung hingga jelang dinihari.

Setelah hampir masak, batang lemang dibiarkan dengan bara api kecil agar tetap segar saat dijual ke pasar-pasar di Kota Metro, besok harinya.

Lemang saat ini tidak hanya penganan khas Minang. Terdapat di hampir di seluruh kota di Indonesia, Brunai, dan Malaysia. Di Sumatera Utara, salah satu kotanya, Tebing Tinggi, bahkan disebut Kota Lemang.

Penganan terbuat dari ketan itu masih menjadi favorit warga di bulan puasa dan Lebaran. Khusus untuk bulan Ramadhan 1443 Hijiryah, keluarga Edi, harus memasak ratusan batang karena permintaan naik 50 persen.

Di Lampung, lemang khas Minang umumnya dijual juga dengan tapai hitam. Meski di daerah lain ada yang dimakan dengan rendang, manisan, dan ikan teri.

Keluarga Edi kini menjual lemang dengan harga 70 ribu rupiah per batang. Mereka seperti tidak ingin berpindah profesi lagi, meski saat ini kesulitan mencari bambu. Banyak pohonnya di Metro, tetapi mereka harus mencarinya di Pringsewu atau Tanggamus.

MARTIN PASUKO DEWO

0 comments:

Posting Komentar